Transformasi Bapelitbangda Menjadi Baperida, Babak Baru Riset dan Inovasi Natuna?

Oleh : Andi Miftahul Farid, S.T., M.Ec.Dev

(Analis Kebijakan Ahli Madya)

Transformasi kelembagaan dari Badan Perencanaan, Penelitian dan Pengembangan Daerah (Bapelitbangda) menjadi Badan Perencanaan Pembangunan, Riset dan Inovasi Daerah (Baperida) adalah sebuah penanda penting dalam perjalanan pembangunan Kabupaten Natuna. Perubahan nomenklatur ini tidak sekadar pergantian nama, tetapi mencerminkan pergeseran paradigma: bahwa pembangunan tidak cukup hanya direncanakan, tetapi perencanaan harus diperkuat oleh riset yang kokoh dan inovasi yang berkelanjutan. Di tengah dinamika geopolitik kawasan, percepatan ekonomi lokal, dan tuntutan pelayanan publik yang semakin kompleks, reposisi ini menempatkan Natuna pada persimpangan strategis antara peluang besar dan tantangan yang tidak kecil.

Harapan utama dari hadirnya Baperida adalah terciptanya pusat pengetahuan daerah yang benar-benar mampu memotret persoalan, merumuskan solusi, sekaligus mengawal implementasinya. Selama ini, hasil riset di tingkat daerah masih tersebar, berjalan sendiri-sendiri, dan sering kali tidak terhubung dengan proses perencanaan maupun kebutuhan pembangunan. Dengan mandat baru, Baperida diharapkan dapat menjadi “mesin analitik” bagi pemerintah daerah, yang mampu mengintegrasikan data sektoral, mendorong penelitian aplikatif, serta menciptakan inovasi kebijakan maupun inovasi layanan publik yang relevan dengan kebutuhan masyarakat Natuna.

Di balik harapan itu tersimpan tantangan yang menuntut keseriusan. Pertama, tantangan kapasitas SDM riset dan inovasi. Kelembagaan saja tidak cukup tanpa peneliti, analis kebijakan, dan inovator yang kompeten. Natuna perlu berinvestasi pada peningkatan kapasitas ASN, memperluas jejaring dengan kampus, lembaga litbang, hingga pelaku industri dan startup. Kolaborasi lintas sektor menjadi kunci, sebab riset yang berdiri sendiri tidak akan mampu menjawab persoalan pembangunan yang multidimensional.

Kedua, tantangan ketersediaan data dan tata kelola pengetahuan. Transformasi Baperida harus diiringi dengan penguatan sistem data daerah yang terpadu, terbuka, dan berbasis teknologi digital. Selama ini, ketidaksinkronan data antar-OPD menjadi penghambat penyusunan kebijakan berbasis bukti. Dengan peran riset yang semakin sentral, Baperida harus menjadi penggerak integrasi data yang kredibel dan berkesinambungan.

Ketiga, tantangan budaya inovasi di lingkungan birokrasi. Inovasi bukan hanya soal teknologi, tetapi juga cara berpikir baru, keberanian melakukan percobaan, serta kemauan memperbaiki diri. Banyak inovasi berhenti sebagai pilot project karena kurangnya dukungan anggaran, lemahnya ekosistem kolaborasi, atau ketiadaan mekanisme replikasi. Baperida harus menjadi orkestrator inovasi yang cakap dalam menata ruang eksperimen, menguatkan sistem manajemen kinerja, serta memastikan inovasi dapat diperluas manfaatnya.

Peluang yang hadir jauh lebih besar. Dengan mandat riset dan inovasi yang semakin jelas, Natuna berkesempatan mengembangkan keunggulan lokal: riset kelautan dan perikanan, energi terbarukan, pariwisata geopark, keamanan maritim, hingga tata kelola pemerintahan cerdas. Baperida dapat menjadi jembatan antara kebutuhan pembangunan daerah dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Di tengah perubahan lingkungan strategis dan tuntutan masyarakat yang semakin kritis, kemampuan daerah menghasilkan pengetahuan sendiri akan menjadi fondasi penting bagi kemandirian dan daya saing Natuna.

Transformasi menjadi Baperida adalah langkah maju. Langkah ini harus disertai komitmen politik, dukungan anggaran, penguatan kapasitas, serta kolaborasi lintas lembaga. Jika semua itu berjalan harmonis, Natuna bukan hanya menjadi konsumen kebijakan dari pusat tetapi juga produsen gagasan, inovasi, dan solusi yang lahir dari realitas lokal dan kebutuhan warganya.

Sebagai epilog, harapan kita sederhana namun bermakna: agar Natuna mampu menata masa depan dengan lebih cerdas, berbasis riset, dan dituntun oleh inovasi yang membumi. Perubahan kelembagaan ini adalah pintu, dan tinggal bagaimana kita memasuki serta bekerja nyata di dalamnya. Baperida bukan terminasi metamorfosa lembaga riset dan inovasi di Natuna. Masih ada tantangan di masa yang akan datang untuk lebih memperkuat rumah riset dan inovasi, yakni Badan Riset dan Inovasi Daerah.

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*